Jumat, 25 Februari 2011

Aristotle Onassis dan Kontroversi Kilang Minyak New Hampshire

Aristotle OnassisAristotle Onassis, sang raja minyak dan kapal Yunani, sedang memiliki masalah dengan publik New Hampshire terkait dengan kilang minyak besar yang hendak ia bangun di negara bagian tersebut.

Awalnya, reaksi positif datang dari gubernur, dewan legislatif negara bagian, media lokal, hingga dua senator federal dan publik New Hampshire umumnya. Mereka mendukung karena kilang tersebut akan mendatangkan keuntungan ekonomi yang besar bagi negara bagian tersebut dalam bentuk penciptaan lapangan kerja, pajak negara bagian, hingga mengurangi ketergantungan negara bagian tersebut atas minyak yang diolah dari kilang yang jauh letaknya.

Namun kemudian muncul penentangan terorganisasi dari sekelompok pensiunan kaya dari New York yang menghabiskan masa tuanya di New Hampshire, yang kediamannya berada di sekitar daerah yang hendak dibangun kilang minyak. Penolakan mereka merupakan penolakan yang klasik: kilang minyak akan merusak keindahan alam pedesaan New Hampshire, jalan-jalan akan rusak dilewati kendaraan berat pengangkut logistik dan minyak hasil olahan, dan sebagainya.

Sebagian dari anggota kelompok pensiunan kaya itu adalah bekas profesional humas dan periklanan, sehingga mereka pandai menggiring opini publik maupun penguasa dengan memanfaatkan skill dan jaringan komunikasi massa yang mereka miliki. Tidak heran jika dalam waktu singkat dukungan publik atas pembangunan kilang minyak itu berubah menjadi penolakan.

Johnny Meyer, pembantu administrasi Aristotle Onassis, berusaha mengatasi mesalah tersebut dengan menghubungi biro konsultan humas Byoir & Associates. Mereka mengadakan pertemuan konsultasi di New York pada hari Rabu. Kepada Bob Wood dari Byoir, Meyer menjelaskan bahwa organisasi Onassis tengah menghadapi lawan yang berat dan sangat ahli dalam hubungan masyarakat. Dia pesimis akan dapat memenangkan pertarungan opini, kecuali muncul satu mukjizat. Dan mukjizat yang ia harapkan saat ini adalah pertolongan firma humas Byoir.

Byoir pada awalnya menerima tawaran tersebut dan yakin akan sanggup membalik keadaan Namun mereka terperanjat ketika disebutkan bahwa jadwal pengambilan suara di dewan legislatif negara bagian untuk memutuskan boleh-tidaknya kilang tersebut dibangun adalah hari sabtu, alias hanya berselang tiga hari dari pertemuan tersebut.

Deadline yang terlalu mepet hanya akan memberi Byoir waktu kerja efektif dua hari, yakni Kamis dan Jumat. Ini sangat tidak masuk akal. Tidak mungkin menyusun kampanye penggalangan kontra opini hanya dalam tempo sesingkat itu. Karena itu Byoir dengan berat hati menolak tawaran tersebut.

Byoir memutuskan untuk menolak tawaran dari Onassis karena mereka menyadari pekerjaan humas tidaklah menawarkan mukjizat, sehingga mereka lebih suka membuang penawaran kerja dengan target yang tidak realistis. Alih-alih sukses yang diraih, hal itu justru dapat menghancurkan reputasi mereka sendiri sebagai konsultan profesional. Akan lain ceritanya jika tawaran kerja diajukan tiga atau empat minggu sebelumnya. Mereka akan memiliki cukup waktu untuk melakukan konsolidasi, menyusun program kerja, dan melaksanakannya di lapangan sehingga peluang keberhasilan akan lebih nyata.

Kemudian seperti telah diduga, hasil pemungutan suara negara bagian pada Sabtu itu akhirnya memutuskan untuk menolak pembangunan kilang minyak Onassis di New Hampshire. Segera setelah penolakan tersebut, beberapa gubernur negara bagian lain menghubungi Onassis. Mereka menawarkan wilayah mereka sebagai lokasi alternatif pembangunan kilang minyak yang gagal itu. Namun Onassis yang kecewa telah patah arang. Dia memutuskan untuk menghentikan seluruh upaya pendirian kilang tersebut meski banyak tawaran lokasi lain.

****

Sumber: Robert J. Wood, Pengakuan Seorang Humas (Penerbit Mitra Utama)
 
© Copyright 2035 Inspirasi PR dan Marketing
Theme by Yusuf Fikri