Rabu, 23 Februari 2011

Kekecewaan Eksekutif RCA pada Majalah Forbes


Ken Bilby, eksekutif hubungan masyarakat RCA, menerima telepon pada suatu hari dari seorang wartawan senior majalah Forbes yang mengatakan bahwa majalahnya ingin menerbitkan cerita sampul mengenai RCA dan kepalanya, Jenderal David Sarnoff.

Bilby tidak antusias. Demikian pula orang humas manapun yang pikirannya waras. Pada masa itu tahun 1960-an, Majalah Forbes dikenal reputasinya sebagai majalah yang gemar menerbitkan tulisan yang bernada negatif dan penuh kritik terhadap bisnis besar dalam usaha menaikkan tirasnya.

Bilby memberitahu si wartawan secara terus terang bahwa dia tidak melihat alasan mengapa dia harus mengumpankan perusahaan dan bosnya untuk menjadi bulan-bulanan seperti kebiasaan Forbes.

Tetapi si wartawan memberikan janji. Dia mengatakan kalau Bilby mau bekerja sama mengatur wawancara dengan Sarnoff dan para eksekutif lainnya, Forbes akan menyerahkan beritanya kepada RCA untuk disetujui sebelum diterbitkan.

Bilby sedikit terkejut, karena tidak sering terjadi ada janji sang media untuk meminta persetujuan terhadap naskah sebelum diterbitkan atau disiarkan. Dan walaupun tidak ada kebijaksanaan perusahaan yang eksplisit, banyak individu wartawan atau penulis freelance mempunyai ketetapan sendiri. Jika seseorang menjanjikan persetujuan semacam itu, dia akan memberi orang lain hak untuk mengedit dan menyensor pekerjaannya, dengan risiko terus didesak-desak, tulisan (dan upah) yang akan terus ditahan sembari terus berlangsung perdebatan tak berkesudahan tentang redaksional dan sebagainya. Paling fatal jika seluruh proyek akhirnya dibatalkan.

Maka Ken Bilby sangat keheranan mendengar tawaran persetujuan atas naskah sebelum diterbitkan. Dia tahu bahwa reporter dan editor membuat penawaran itu hanya pada kesempatan yang jarang sekali, paling sering kalau cerita yang dicari mati-matian tidak bisa didapat dengan cara lain; maka dia memberi tahu orang Forbes ini bahwa dia akan memikirkan tawarannya dan akan memberitahukan keputusannya kemudian.

Bilby bicara dengan Sarnoff dan eksekutif RCA lainnya, dan dia juga berkonsultasi dengan Byoir yang menjadi konsultan kehumasan di RCA. Bob Wood dari Byoir merasa kurang senang pada situasi tersebut karena memiliki pengalaman yang menyakitkan hati dengan Forbes. Bilby juga kurang senang. Tetapi pada akhirnya RCA memutuskan untuk meneruskan proyek itu dengan pengertian bahwa Bilby dan kawan-kawan akan memeriksa artikel itu lebih dulu sebelum diterbitkan.

Bilby mengatur wawancara di kantor pusat RCA di New York, sementara staff Byoir di seluruh negeri mengurus apa saja yang diperlukan bersama para eksekutif bawahan. Semua orang yang diwawancarai diberitahu tentang persetujuan memeriksa artikel sebelum diterbitkan, sehingga banyak yang bicara lebih terus terang dan seenaknya daripada kalau ada pengaturan sebaliknya. Mereka mengira akan punya kesempatan memperbaiki pernyataan yang kurang akurat, mengoreksi angka-angka yang salah, memperhalus pernyataan yang dibesar-besarkan, dan sebagainya.

Proses penyiapan naskah makan waktu dua minggu. Seorang fotografer datang untuk mengambil foto Jenderal Sarnoff untuk dijadikan sampul majalah. Dan semuanya pun selesai.

Dalam beberapa minggu berikutnya, si wartawan berulang kali menelepon Ken Bilby untuk menanyakan segala sesuatu yang masih kurang. Ketika Bilby bertanya kapan dia akan melihat naskahnya, si wartawan mengatakan tanggal penerbitannya yang pasti belum ditentukan.

Dua minggu berlalu. Lalu tiba-tiba saja edisi Forbes dengan foto sampul Jenderal Sarnoff terbit.

Artikel itu ada di dalamnya. Naskah itu diterbitkan begitu saja tanpa diperlihatkan terlebih dahulu atau pemberitahuan sebagaimana dijanjikan sebelumnya. Di dalamnya banyak terdapat kesalahan dan salah kutip. Nadanya seperti Forbes yang biasa – penuh kebencian.

Orang-orang di RCA marah sekali. Mereka telah diperlakukan dengan buruk sekali oleh Forbes. Dengan berang Ken Bilby menelepon si wartawan Forbes dan bertanya mengapa dia melanggar janjinya sendiri. Si wartawan menjawab editornyalah yang mengabil keputusan tanpa mengindahkan dirinya.

Tidak diragukan lagi ada beberapa eksekutif RCA yang dijelek-jelekkan di artikel itu marah kepada Bilby. Namun itu sesungguhnya bukanlah kesalahannya. Sebagai orang humas Bilby mengetahui kebiasaan orang-orang di dunia jurnalistik yang saling mempercayai janji yang hanya diucapkan secara lisan dan tanpa kontrak tertulis. Bilby menerima janji lisan dari wartawan Forbes atas dasar kepercayaan semacam itu, sehingga dia tidak sampai menuntut perjanjian tertulis yang memiliki kekuatan hukum. Dia tidak pernah mengira kalau janji itu akhirnya dilanggar begitu saja oleh si wartawan.

****

Sumber: Robert J. Wood, Pengakuan Seorang Humas (Penerbit Mitra Utama)
 
© Copyright 2035 Inspirasi PR dan Marketing
Theme by Yusuf Fikri