Kamis, 17 Maret 2011

Spin: Teknik Canggih Memutarbalikkan Fakta

Spin adalah teknik propaganda untuk memanipulasi opini publik, yang dilakukan dengan membuat dan menyebarluaskan interpretasi pribadi atas sebuah peristiwa atau kampanye, dengan tujuan untuk mendukung – atau menjatuhkan –seorang figur publik atau suatu organisasi. Spin merupakan instrumen berfungsi ganda, dia bisa dijadikan alat bertahan, dan pada kesempatan lain alat untuk menjatuhkan musuh.

Berlawanan dengan metode public relations tradisional yang mempresentasikan fakta apa adanya namun dengan cara yang kreatif, spin dalam banyak kasus justru berupaya mendistorsi fakta tersebut dan mengarahkannya sedemikian rupa sehingga membikin orang yang menjadi target pada taktik spin itu jatuh reputasinya di mata publik.

Sebagai alat serang, Spin adalah fitnah yang terlihat canggih karena dibungkus dengan strategi PR yang matang dan terkoordinasi. Taktik ini terutama membutuhkan seseorang yang mahir memutar lidah sebagai “dokter spin” (spin doctor). Dokter spin bertugas mencari sesuatu tentang lawan yang menjadi targetnya – misalnya kesalahan ucap sang tokoh saat mengeluarkan pernyataan di media – untuk dipelintir dan dijadikan alat serangan balik. Setelah bahan tersedia, dia akan tampil habis-habisan dalam konferensi pers, wawancara, talk show, menulis di koran atau majalah. Semakin kontroversial dan ramai semakin baik, karena dengan begitu dia semakin mendapat panggung untuk melakukan serangan.

Sebaliknya, sebagai alat bertahan, seorang dokter spin bertugas menutupi keburukan-keburukan kliennya. Untuk tujuan tersebut dia dapat melakukan teknik cherry picking, yakni menyeleksi fakta atau kutipan dan hanya menampilkan fakta yang menguntungkan bos-nya. Teknik lain adalah non-denial denial. Pada teknik ini, apabila ada fakta keburukan bos-nya yang sulit dibantah, dia tidak membenarkan ataupun membantah, tetapi memilih sikap “tidak membantah tidak menolak”, alias membiarkan status fakta itu menggantung dan samar-samar. Teknik lain lagi adalah “mengubur berita buruk”. Pada konferensi pers, sebuah informasi yang bersifat populer dan memiliki nilai berita tinggi sengaja diumumkan berbarengan dengan informasi-informasi lain yang kurang menguntungkan, dengan harapan perhatian media akan lebih terfokus pada informasi yang populer dan mengesampingkan informasi-informasi buruk yang disampaikan bersamaan.


Bagaimana dengan Indonesia? Salah satu efek samping demokrasi yang kita nikmati saat ini adalah tumbuh suburnya bisnis tim sukses, media propaganda, firma konsultan politik, ataupun individu-individu petualang politik (lazimnya intelektual dan akademisi kampus yang nyambi ngobyek) yang salah satu job desk-nya adalah memblow-up suatu isu untuk menyerang lawan politik.

Contoh penerapan spin di perpolitikan negara kita adalah ketika Presiden SBY dalam sebuah acara bersama anggota militer bercanda seputar gajinya yang tak pernah naik selama beberapa tahun. Secara obyektif, maksud ucapannya itu adalah untuk memotivasi para prajurit agar tidak terlalu gelisah memikirkan kenaikan gaji bulanan yang mereka terima.

Namun pernyataan SBY kontan langsung disambar sebagai sebuah obyek bulan-bulanan oleh lawan politiknya. Dengan framing (pembingkaian informasi) yang sangat kentara, ucapan itu didistorsi sedemikian rupa sehingga seolah-olah sang presiden adalah orang yang tak mengenal puas dan selalu mengeluhkan gajinya. Sebuah media TV berita berlogo kepala burung bahkan terkesan sangat menggebu-gebu dalam mem-blow-up isu tersebut. Selama berhari-hari mereka menampilkan running text, headline news, wawancara, dan talk show bersama sejumlah narasumber politisi, pengamat, dan aktivis NGO yang materi pembicaraannya tunggal: mengudal-udal ucapan presiden. Saya sebagai pemirsa sampai heran dan bertanya-tanya apakah para kru televisi itu sendiri tidak merasa muak…

Namun itulah konsekuensi yang harus kita hadapi dalam politik modern. Praktek spin memang hampir identik dengan dunia politik. Sudah menjadi bad habit (kebiasaan buruk) para politisi untuk menampilkan diri dan partainya sebagai orang yang bersih dan tanpa cela, sembari di sisi lain mengudal-udal keburukan lawan politiknya.

****
 
© Copyright 2035 Inspirasi PR dan Marketing
Theme by Yusuf Fikri