Kamis, 03 Maret 2011

Ratu Rania Menabur Citra Positif Kerajaan Yordania



Rania Al Abdullah adalah permaisuri Kerajaan Yordania, mengikuti statusnya sebagai istri Raja Abdullah II. Berlawanan dengan stereotip wanita dari kalangan jetset Arab yang gemar pamer kekayaan dan berfoya-foya, Rania dikenal luas sebagai sosok perempuan dengan kecantikan berstandar artis internasional, namun tetap bersahaja, cerdas dan aktif melakukan kegiatan sosial serta peduli pada isu-isu pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil.



Ratu Rania Al AbdullahAktivitas Rania dalam meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak Yordania, dan kontribusinya pada Millennium Development Goal (MDG) memberinya ganjaran sebagai salah satu dari 100 wanita paling berpengaruh di dunia versi majalah Forbes(urutan 76).

Ketika rakyat beberapa negara Timur-tengah lain yang berbasis monarki atau kediktatoran ramai-ramai berontak menuntut demokrasi penuh, Yordania sejauh ini hanya mengalami sedikit guncangan aksi massa kecil saja. Itu pun tidak menyasar keluarga monarki.

Kerajaan Yordania, walau tidak sekaya tetangganya Arab Saudi atau Uni Emirat Arab, bukanlah negara gagal macam Tunisia atau Yaman. Namun barangkali faktor terpenting yang membuat kondisi sosial-politik mereka tenang adalah karakter pemimpinnya yang mau turun ke bawah dan mengayomi. Mungkin faktor Rania adalah salah satu yang membikin rakyat Yordania agak rikuh untuk mendongkel rajanya... Namun bagaimanapun perkembangan ke depan tidak bisa ditebak.

Rania tidak berasal dari keluarga bangsawan. Dia bahkan bukan orang Yordania asli. Dia lahir di Kuwait pada 31 Agustus 1970 sebagai anak pasangan Palestina yang berasal dari Tulkarm. Nama sebenarnya adalah Rania al Yassin. Dia menempuh pendidikan di New English School di Jabriya, Kuwait, dan melanjutkan ke pendidikan tinggi di American University, Kairo, jurusan administrasi bisnis. Setelah lulus kuliah Rania bekerja di bagian marketing Citibank, sebelum kemudian pindah ke Apple Computer di Amman, ibukota Yordania.

Rania bertemu Raja Yordania Abdullah bin Al-Hussein – saat itu masih pangeran – pada sebuah pesta makan malam. Dua bulan kemudian mereka mengumumkan pertunangan, dan akhirnya menikah pada 10 Juni 1993. Pasca meninggalnya Raja Hussein, Abdullah naik tahta menjadi Raja Yordania pada 7 Februari 1999. Abdullah memproklamirkan istrinya sebagai permaisuri pada tanggal 22 Maret di tahun yang sama. Dengan demikian Rania memiliki status penuh sebagai Ratu. Ini berbeda dengan ibu tirinya, Muna al-Hussein yang tidak pernah diangkat sebagai ratu, sehingga statusnya hanya berhenti sebagai semacam selir raja.

Ratu Rania Al AbdullahPerkawinan Abdullah dan Rania membuahkan empat orang anak, yakni Putra Mahkota Hussein, Putri Iman, Putri Salma, dan Pangeran Hashem.

Rania dikenal sebagai figur perempuan aktif yang memiliki kemampuan istimewa dalam hubungan masyarakat, walau dia tidak memiliki pendidikan formal khusus untuk hal tersebut. Kedudukan sebagai ratu jelas sangat membantunya. Namun tentu dibutuhkan lebih dari sekadar kedudukan untuk bisa tampil sebagai teladan yang tulus. Talenta dan kepribadian individual yang hangat sangat berperan di sini. Dan Rania memiliki itu semua.

Ketika Abdullah naik tahta, pasangan raja dan ratu itu membawa pendekatan yang populis untuk monarki; suatu pendekatan yang lebih meniadakan jarak mereka dengan rakyat. Selain istana, keduanya kerap tinggal di rumah biasa yang terletak di daerah luar kota Amman. Dari situ Rania kerap melakukan kunjungan ke desa-desa terpencil di wilayah kerajaan. Perjalanannya tidak direncanakan dan tidak diumumkan sebelumnya. Dia cukup pergi menyetir sendiri mobilnya dengan disertai dua orang pengawal.

Bagi negaranya, Rania telah banyak berbuat sesuatu, khususnya dalam bidang pendidikan dan kesehatan masyarakat. Pada 2005, bekerjasama dengan kementrian pendidikan ia dan raja meluncurkan program tahunan the Queen Rania Award for Excellene in Education yang memberi penghargaan kepada guru teladan. Pada 2008, dia melucurkan Madrasati, sebuah program untuk merenovasi 500 sekolah umum Yordania. Sang ratu juga bekerjasama dengan sejumlah universitas di seluruh dunia dalam sebuah program yang dinamakan the Queen Rania Scholarship Program, yakni program pemberian bantuan beasiswa bagi mahasiswa Yordania yang menempuh kuliah di universitas-universitas tersebut.

Di tingkat internasional, pada World Economic Forum tahun 2008 di Davos (Swiss), Rania meluncurkan kampanye "Empowering One Million Arab Youth by 2018". Pada tahun 2000 badan PBB untuk urusan anak-anak UNICEF mengundangnya bergabung pada Global Leadership Initiative. Bersama pemimpin-pemimpin dunia lainnya, antara lain mantan presiden Afrika Selatan Nelson Mandela, Rania bekerja dalam sebuah gerakan global untuk meningkatkan kesejahteraan anak-anak

Namun di luar segudang prestasi dan aktivitas sosialnya, Rania juga tidak luput dari kritik dan sandungan. Pada saat pasukan Israel membombardir Gaza dan Tepi Barat, dia dicela karena justru pilih melawat keluar negeri. Terlebih yang menjadi sasaran serangan udara Israel adalah Tulkarm, kampung halaman orangtuanya.

Ratu Rania Al AbdullahRania juga dituduh melakukan korupsi dan menyalahgunakan pengaruh politiknya untuk keuntungan keluarganya (nepotisme). Latar belakang Palestinanya juga kerap dipersoalkan secara tak langsung oleh beberapa pemuka masyarakat lokal Yordania, yang menuduhnya mengambil peran terlalu banyak dalam urusan negara dan secara tanpa hak telah memindahkan kepemilikan sejumlah tanah di Yordania untuk keluarganya.

Terkait masalah tanah yang dipersengketakan, 36 orang yang mengklaim diri sebagai pemimpin suku lokal mengeluarkan seruan kepada Raja untuk menyita tanah dan lahan pertanian yang telah diberikan kepada keluarga Yassin (keluarga Rania). Ini merupakan kasus pertama di Yordania di mana masyarakat berani melanggar tabu yang berlaku selama ini dengan menuntut secara hukum keluarga kerajaan.

Pengadilan kerajaan memutuskan menolak klaim mereka, dengan alasan bahwa 36 orang itu hanya mengaku-aku sebagai pemimpin sukunya (padahal bukan). Selain itu berdasarkan keterangan pada sertifikat tanah, pengadilan juga menolak tuduhan mereka mengenai pemindahan kepemilikan tanah pada keluarga Rania secara tidak sah.

Rania barangkali bukan figur yang sempurna macam gading mulus tiada retak. Namun dia adalah pribadi dengan kombinasi kemampuan dan kepekaan sosial yang tinggi; dua skill yang menjadi tuntutan dalam tugas-tugas hubungan masyarakat. Rania adalah staf PR nonformal yang luar biasa buat negaranya. Dan sejauh ini nampaknya pekerjaannya berhasil. Setidaknya penilaian kita atas Yordania agak lain dibanding jika kita melihat, misalnya, Libya atau Yaman.

****

Ratu Rania Al Abdullah
 
© Copyright 2035 Inspirasi PR dan Marketing
Theme by Yusuf Fikri