Rabu, 16 Maret 2011

Astroturfing: Strategi Memanipulasi Suara Rakyat


Astroturfing adalah strategi kampanye atau promosi terselubung yang dijalankan (atau didanai) oleh suatu gerakan politik atau perusahaan untuk mempengaruhi opini publik terhadap suatu isu, yang didesain sedemikian rupa agar terlihat seolah-olah itu merupakan gerakan murni dari masyarakat.

Strategi astroturfing berangkat dari satu asumsi bahwa orang cenderung lebih bersimpati dan meyakini obyektifitas gerakan yang murni dilakukan oleh rakyat di tingkat akar rumput (grassroot) ketimbang kampanye atau promosi standar yang dilakukan oleh politisi atau perusahaan. Kampanye dan promosi standar kerap diragukan obyektifitasnya karena hanya menampilkan sisi baik dan menutupi hal-hal buruk dari obyek yang dipromosikan.

Istilah astro turfing berasal dari AstroTurf, sebuah merek karpet sintetis yang didesain khusus sehingga terlihat seperti rumput alami dan banyak dipakai di stadion sepakbola untuk menggantikan rumput alami. Dari induk pengertiannya maka mudah ditebak, astroturfing adalah strategi untuk menyamarkan niatan berpromosi dengan jalan ”meminjam tangan rakyat jelata”, menampilkan kebaikan-kebaikan produknya (atau profil kliennya) atau menjatuhkan reputasi lawan bukan dalam bentuk kampanye standar tetapi dibikin sedemikian rupa agar terlihat seolah berasal dari opini masyarakat umum.

Rumput sepakbola sintetis AstroTurf

Mantan Senator Amerika Serikat Lloyd Bentsen dari Texas adalah orang yang pertama kali mencetuskan istilah tersebut. Dia menggunakannya untuk mengejek firma-firma konsultan politik dan humas yang manipulatif.

Bagaimana praktek astroturfing dijalankan? Well, anda yang aktif di forum-forum internet atau gemar membaca komentar-komentar di blog-blog populer atau situs-situs berita besar macam detik.com pasti pernah menjumpainya.Dalam isu-isu tertentu atau berita yang menyangkut tokoh publik atau suatu lembaga, kerap dijumpai rentetan komentar yang menampilkan identitas penulis yang berbeda-beda tetapi memiliki opini dan gaya – atau bahkan pilihan kata - yang sama. Dia bisa bernada membela, bisa pula menjelekkan subyek yang diberitakan, tergantung ”misi” yang diorderkan kepadanya apakah untuk melancarkan kampanye putih atau kampanye hitam.

Komentar-komentar semacam itu boleh dicurigai berasal dari satu orang, atau beberapa orang yang dikoordinir untuk melakukan serangan bersama secara sistematis. Memang, kita tidak dapat menggunakan kecurigaan belaka untuk menuduh suatu kelompok melakukan praktek astroturfing. Upaya pembuktian satu-satunya adalah dengan jalan menggali data log sang penulis (IP address, network, ISP, dan sebagainya) yang semuanya ada di tangan administrator situs.

Namun demikian, tanpa harus mengetahui data-data log pengunjung situs pun seorang pembaca yang peka akan dapat membedakan apakah suatu komentar berita benar-benar obyektif (asli dari pembaca biasa) atau bagian dari kampanye PR terselubung. Alhasil, korban empuk dari kampanye astroturfing adalah orang-orang lugu bin naif yang – dalam bahasa kiasan - tak bisa membedakan tempe dengan kedelai

Sangat disayangkan bahwa sebagian media online populer seperti Detik seolah melakukan pembiaran praktek astroturfing merajalela di situs mereka. Kalau mau, mereka pasti memiliki kemampuan untuk menangkalnya, antara lain dengan mengaplikasikan filtering dan moderasi yang lebih ketat. Bagi media tersebut, seakan komentar-komentar yang penuh caci-maki, sumpah-serapah, hinaan, dan pendiskreditan malah menjadi atraksi tambahan yang sengaja dipelihara buat menaikkan trafik kunjungan.

Praktek astroturfing dapat dilakukan oleh banyak pihak, dari individu yang hendak mempromosikan agenda pribadinya hingga grup profesional PR yang sangat terorganisasi dengan dukungan dana dari perusahaan atau institusi politik tertentu yang menjadi kliennya. Praktek itu dapat pula dilakukan oleh aktivis LSM, perkumpulan profesi, dan konsultan politik. Siapa saja yang memiliki kepentingan dan sarana untuk melakukannya.

Di dunia bisnis, astroturfing adalah satu bentuk stealth marketing yang memanipulasi model pemasaran viral (pemasaran berbasis penyebaran informasi dari mulut ke mulut, gethok tular). Dalam politik, astroturfing adalah sarana yang efektif untuk menjatuhkan reputasi lawan politik.

Di Amerika Serikat, praktek astroturfing secara tegas dilarang melalui kode etik yang menjadi pedoman bagi asosiasi profesi PR nasional, the Public Relations Society of America (PRSA). Kebijakan serupa juga diterapkan oleh asosiasi sejenis di Australia, the Public Relations Institute of Australia (PRIA) dan Inggris, the Chartered Institute of Public Relations (CIPR). Landasan etis dari pelarangan itu jelas, astroturfing merupakan praktek komunikasi yang tidak jujur dan mengelabui audiens.

Di Indonesia? Kata iklan itu bisa diatur. Wani piro?

****
 
© Copyright 2035 Inspirasi PR dan Marketing
Theme by Yusuf Fikri