Rabu, 30 Maret 2011

Tips Menggunakan Twitter untuk Pemasaran Online

Pada posting beberapa waktu sebelumnya saya menulis tentang metode yang dapat digunakan untuk mengukur kesuksesan kampanye pemasaran melalui Twitter. Namun posting itu tidak mengupas bagaimana teknik pemasaran itu sendiri dilakukan.

Sebetulnya tidak ada teknik standar untuk memasarkan produk atau jasa melalui Twitter, karena Twitter tidak diciptakan sebagai alat pemasaran. Seperti media-media lain seperti radio, televisi, surat dan kabar, Twitter bukanlah saluran pemasaran by design. Dia adalah media sosial bikinan Jack Dorsey dalam format microblogging yang memungkinkan penggunanya berbagi ’breaking news’ pribadi melalui tweet sepanjang 140 karakter.

Bagai mengulangi nasib yang dialami media-media sebelumnya, para pemasar melihat Twitter sebagai ’taman bermain’ yang baru setelah menyadari benefit-nya yang luar biasa apabila digunakan untuk menawarkan sesuatu, dan mengembangkan cara-cara kreatif - terkadang berlebihan - untuk berpromosi melalui saluran tersebut.

Kesalahan terbesar kebanyakan pemasar adalah kurang memahami bahwa Twitter (dan Facebook) adalah MEDIA SOSIAL. Konsep awal dibuatnya kedua situs populer tersebut adalah sebagai perantara untuk memudahkan akses dan pergaulan antar pengguna.

Tanpa bekal konsep viral marketing melalui media sosial, kebanyakan pemasar datang begitu saja macam salesman door-to-door yang menyebalkan bagi pengguna lain, lalu tanpa basa-basi membombardir mereka dengan tweet-tweet promosi produk yang terkadang kelewat offensif dan mengganggu. Yang lebih buruk, mereka menggunakan pesan pribadi (direct message) untuk menawarkan dagangan kepada orang yang tak dikenal. Bagi sebagian orang ini dipandang sebagai pelanggaran privasi. Akibatnya, alih-alih mendulang keuntungan, yang mereka peroleh adalah kebencian pengguna lain dan cap negatif sebagai spammer yang mesti dijauhi.

Berikut adalah beberapa tips memasarkan produk melalui Twitter secara elegan, sehingga anda dapat mengambil benefit dari media sosial tersebut tanpa harus menanggung risiko dibenci pengguna lain. Tips ini terutama berlaku buat retailer skala kecil dan menengah yang menangani sendiri kampanye media sosial mereka, tidak menggunakan jasa pihak ketiga (konsultan media sosial) seperti banyak dilakukan oleh retailer skala besar:

1. Buatlah tweet anda sebagai pesan yang personal

Jangan mengulang-ulang tweet berisi kalimat promosi standar yang klise dan tidak personal seperti "Ayo belanja dompet kulit model terbaru di www.gayustambunan.com. Dapatkan diskon 75% untuk semua item". Kalimat semacam ini mungkin lebih cocok buat pengisi papan reklame di jalanan atau brosur yang ditaruh di sebelah meja kasir toserba, tapi tidak di media sosial.

Terlibatlah dalam percakapan intens dengan tweeps lain. Carilah apa kebutuhan mereka. Anda dapat melihatnya secara tersirat dari tweet pertanyaan mereka seperti “Gw lg bth dvd player portabel yg bandel n ringan. Ad yg mo kasih saran?”

Jika anda menemukan tweet semacam ini dan kebetulan bisnis anda adalah peralatan elektronik, mungkin ini rezeki anda. Jawablah (reply) tweet tersebut dengan kalimat yang elegan dan bersahabat macam “Hi @afgan12, kami memiliki produk dvd player portabel yg mkn sesuai dg kebutuhan anda. Sila tengok di http://bit.ly/tHrF smg bermanfaat :)

Anda melihat perbedaannya? Tweet kedua lebih personal, bersahabat, dan membuat orang merasa lebih diperhatikan. Dan terutama, tweet promosi itu tepat sasaran, karena ditujukan kepada orang yang tengah membutuhkannya.

Jalinlah persahabatan sungguhan, bukan sekadar hubungan antara pemasar-konsumen. Berhenti sejenak berpikir sebagai pemasar yang hanya berpikir tentang target penjualan. Jika dia puas atas produk yang dibeli dan menyukai anda secara pribadi, dengan sendirinya akan tercipta kampanye word of mouth (promosi dari mulut ke mulut) yang efektif tanpa harus membayar mahal jasa agensi periklanan untuk mempromosikan produk anda.

2. Jadilah diri anda sendiri

Jangan mencoba meniru-niru gaya tweeps lain. Anda akan terlihat palsu dan tidak tulus. Berbeda dengan dunia nyata di mana para pramuniaga toko dan customer service dilatih untuk tersenyum dan menampilkan sikap yang “sesuai harapan pelanggan”, di dunia maya orang tidak membutuhkan hal tersebut. Harapan pelanggan di dunia maya adalah sikap transparan dan menampilkan diri apa adanya.

Di internet orang bisa ‘kejam’ kepada siapapun – terutama figur publik dan korporasi - yang mencoba menutup-nutupi kelemahan produk mereka dan mengelabui publik. Tak percaya? Lihatlah thread forum-forum yang mengulas suatu produk (misalnya ponsel), atau komentar-komentar pedas atas kualitas produk tertentu di blog-blog dan situs-situs tematik seperti detikinet.

3. Sebaiknya jangan langsung menyertakan link untuk membeli (sales link)

Jika anda ingin menyertakan link pada tweet anda, sebaiknya link tersebut adalah link referensi menuju blog resmi atau situs resmi yang berisi artikel overview maupun informasi teknis (technical specification) tentang produk itu. Ini memberi kesempatan kepada calon pelanggan untuk mempelajari lebih mendalam tentang produk tersebut. Juga membuat anda terlihat sebagai penjual yang tenang dan profesional, tidak terkesan grusa-grusu (terburu-buru) ingin lekas mencium bau duit macam Tuan Krab :)

Mengenai pembuatan blog resmi perusahaan (blog korporat), saya mempublikasikannya dalam tulisan lain di blog ini mengenai tips membuat blog korporat.

4. Jika tetap ingin menyertakan sales link, buatlah link tersebut sebagai bagian alami dari percakapan anda dengan pelanggan

Jika Anda tak sempat ke outlet kami di Plaza Senayan, kami juga memiliki outlet virtual di internet. Sila kunjungi via link berikut http://bit.ly/Waw1

Dari kalimat Tweet di atas, secara tersirat dapat terlihat bahwa antara kedua pihak telah terjalin percakapan yang intens dan saling menganal, sehingga pihak pembeli tidak lagi merasa terganggu atau ragu-ragu ketika si penjual menyertakan sales link.

5. Dengarkan follower anda

Di media sosial janganlah terlalu asyik dengan diri sendiri. Pelihara basis follower yang anda dapat secara susah payah. Rajin berkomunikasi dengan mereka. Jawablah pertanyaan bila ada, dan terimalah feedback mereka mengenai kekurangan atau hal-hal lain menyangkut produk anda. Banyak ide pemasaran baru bermunculan berkat saran dari followers.

Jangan pula menjadi terlalu serius, egois, moralis, dan membosankan dengan selalu mentweet sesuatu yang berkaitan dengan anda, anda, anda, dan bisnis anda saja. Sekali-kali bikinlah tweet yang jenaka, mengutip kata-kata mutiara yang anda baca di majalah, dan me-retweet tweet pengguna lain yang menurut anda menarik dan layak diketahui follower anda. Dengan berbuat demikian anda akan lebih terlihat ‘manusiawi’, bukan robot, dan pelanggan tidak akan canggung mendekati anda.

Sebaliknya, janganlah terlalu sering mentweet hal-hal kecil yang tidak relevan. Tak perlu mengikuti gaya tweep narsis yang men-tweet aktivitas sehari-hari mereka seperti “gw lagi mandi pake sabun lux warna pink”, “makan malam sate padang delapan tusuk, kok lontongnya basi ya”, atau “Nyervis motor di bengkel Bang Poltak di ujung gang sadar”. Berupaya tampil bersahabat dengan pelanggan tak lantas menjadi orang yang mengungkapkan hal-hal kecil yang tak perlu.

6. Gunakanlah bahasa yang singkat, padat, sopan, dan jelas

Tidak harus bahasa yang sangat baku. Yang terpenting mudah dipahami. Usahakan pula tidak memecah satu subyek pembicaraan menjadi beberapa tweet yang terpisah. Orang akan kesulitan mengumpulkan rangkaian informasi yang terpisah-pisah tersebut. Tantangan kreativitas menggunakan Twitter adalah berusaha mengungkapkan maksud anda dalam 140 karakter.

Menggunakan beberapa singkatan kata sah-sah saja (yg, blh, ok, gpp) sepanjang tidak berlebihan dan membuat orang kesulitan memahami tweet Anda. Di sisi lain, jauhi bahasa alay (4kU L9 m4k4n 3n4K n1h d1 r35t0r4n). Ini akan menjatuhkan reputasi anda seketika. Orang akan mengira Anda seorang bocah ABG yang sedang mencari perhatian; atau jika tahu Anda ternyata orang dewasa, mereka akan menganggap anda menggelikan, dan meragukan keseriusan anda.

****
 
© Copyright 2035 Inspirasi PR dan Marketing
Theme by Yusuf Fikri