Kamis, 10 Maret 2011

SpongeBob dan Kontroversi Kampanye Homoseksualitas Terselubung

Siapa bocah yang tak mengenal SpongeBob Squarepants? Ya, spons kotak kuning mungil dengan kelakuan ganjil namun selalu ceria itu menjadi idola anak-anak yang lahir pasca generasi penggemar kartun-kartun Walt Disney, menggantikan karakter-karakter lama seperti Miki Tikus dan Donal Bebek. Bahkan tak sedikit orang dewasa yang juga menggemari serial tersebut – untuk alasan yang berbeda dengan pemirsa anak-anak.
SpongeBob boleh jadi adalah salah satu dari segelintir serial animasi kontemporer buatan Amerika Serikat yang masih mampu meraih popularitas di belahan dunia selain Amerika Utara, menyelip di antara dominasi animasi-animasi Jepang yang menyerbu deras, dengan ujung tombak macam Naruto dan Bleach.

SpongeBob, Patrick dan Sandy menari di pestaSpongeBob Squarepants lahir dari benih gagasan Stephen Hillenburg, seorang ahli biologi kelautan, ketika dia pada tahun 1984 mengajar di Ocean Institute di Dana Point, California, sembari mengisi waktu luangnya dengan membuat komik strip The Intertidal Zone. Komik tersebut berisi karakter-karakter binatang laut dengan kehidupan maupun morfologi yang menyerupai manusia. Banyak diantara karakter-karakter pada komik strip tersebut kelak dikembangkan menjadi karakter-karakter di serial Spongebob. Pada 1987 Hillenburg memutuskan untuk meninggalkan Ocean Institute guna mengejar karir baru sebagai animator.

Episode pilot (episode percobaan sebuah serial TV yang dibuat untuk untuk mengukur minat pemirsa) SpongeBob ditayangkan di saluran Nickelodeon pada 1 Mei 1999. Mengikuti kesuksesan tayang pilot tersebut, Spongebob resmi ditayangkan secara reguler pada 17 Juli tahun yang sama.

Pada mulanya nama yang hendak dipilih untuk karakter si bocah spons adalah SpongeBoy. Namun legal departement Nickelodeon yang mengurusi masalah hukum menemukan bahwa nama itu sudah digunakan oleh produk mop (kain pel). Hillenburg lantas menggantinya menjadi SpongeBob, dengan menambahkan Squarepants sebagai nama keluarganya.

Kepopuleran SpongeBob tidak terlepas dari keberhasilan Hillenburg menciptakan karakter-karakter yang kuat untuk mendukung jalan cerita serial tersebut. Pemirsa - baik bocah maupun dewasa - sering tanpa sadar mengidentifikasikan dirinya dengan salah satu tokoh di layar, entah itu SpongeBob si spon ceria, Patrick si bintang laut dungu, Squidward si cumi cemberut, atau Mr. Krab si kepiting kikir.

Namun satu hal yang mengundang bisik-bisik dan kontroversi adalah ketika SpongeBob yang flamboyan, ceriwis, berganti-ganti mood dengan cepat macam perempuan, dan agak kemayu serta memiliki bulu mata lentik, ternyata juga menjadi karakter kartun idola kaum gay.

Beberapa episode SpongeBob dengan intens menggambarkan keintiman hubungan pertemanan yang agak tak lazim dan cenderung romantik antar dua sahabat karib, SpongeBob dengan Patrick si bintang laut berkulit pink. Kedekatan itu banyak diperlihatkan pada episode-episode tentang “persahabatan sehidup-semati” keduanya, juga pada cerita ketika mereka menemukan bayi kerang, lantas mengasuhnya berdua. Patrick berperan sebagai ayah dan Spongebob sebagai ibunya, komplit memakai daster dan dandanan ala ibu rumah tangga. Sebaliknya, hubungan SpongeBob dengan Sandy si tupai perempuan justru tidak digambarkan sebagai partner yang erotik ataupun romantis. Hanya kawan bermain belaka.

Beberapa penggambaran lain yang bagi sejumlah orang yang peka agak “mengganggu pikiran” adalah: SpongeBob tinggal di dalam nenas di kota dasar laut yang bernama Bikini Bottom. Selain sahabat bintang lautnya yang bertubuh warna merah jambu, dia memiliki sahabat seekor gurita yang menyukai musik klasik dan mandi busa. SpongeBob dan Patrick dalam banyak kesempatan terlihat saling berpegangan tangan, dan keduanya mengidolakan film aksi di TV dengan pahlawan yang bernama aneh, Mermaid Man.

Yayasan We Are Family pada 2005 mensponsori peredaran video musik untuk anak-anak yang menampilkan SpongeBob dan karakter-karakter kartun populer lain menyanyikan lagu yang mengajak pada semangat toleransi dan menghargai perbedaan. Video tersebut dikirimkan ke 61 ribu sekolah di seluruh Amerika Serikat pada bulan Maret tahun yang sama.

Nile Rodgers, sang penulis lagu dan pendiri Yayasan We Are Family, mengatakan bahwa video tersebut dimaksudkan untuk membantu mengajarkan kepada anak-anak nilai-nilai persatuan dan kebersamaan. ”Kami percaya bahwa ini merupakan langkah pertama yang penting untuk mencintai tetangga mereka, dan format yang dibikin menyenangkan dan menarik akan membuat anak-anak lebih mudah untuk mempelajarinya,” katanya.

Namun Pendeta James Dobson dari kelompok konservatif Focus on the Family menyerang video tersebut, menuduh pembuat video itu secara terselubung berusaha mengkampanyekan kebebasan dan toleransi atas pilihan orientasi seksual sejenis (homoseksualitas) kepada anak-anak dengan memanfaatkan popularitas SpongeBob. Dobson belakangan mengoreksi pernyataannya, mengatakan bahwa yang dia kritik bukan SpongeBob, video, atau karakter dalam video tersebut, melainkan organisasi yang mensponsori peredaran video tersebut, yakni Yayasan We Are Family. Dobson yang dikenal sebagai penentang keras perkawinan sejenis menuduh yayasan tersebut pernah memposting materi homoseksualitas di situs webnya, namun kemudian menghapusnya kembali.

Di kawasan permukiman gay di New York, Atlanta, Hollywood Barat dan San Francisco, berbagai merchandise SpongeBob laku keras dibeli oleh kalangan gay muda berusia 30an. Raymond Riddering, asisten manajer toko Don’t Panic yang berada di Distrik Castro, San Francisco, mengatakan kepada PlanetOut.com, “Saya tidak berpikir orang membeli souvenir SpongeBob karena dia gay atau bukan. Tidak ada elemen gay dalam dirinya. Tapi kaum gay memang menyukainya.”

Tom Kenny pengisi suara SpongeBobNickelodeon sendiri sebagai penayang secara resmi membantah bahwa SpongeBob adalah penggambaran karakter homoseksual, dan Stephen Hillenburg sang kreator pada 2002 mengklarifikasi bahwa baginya karakter SpongeBob adalah ”mendekati aseksual”. Dia juga menegaskan kalau orientasi seksual karakter-karakter dalam SpongeBob Squarepants tidak pernah dibahas ataupun sengaja dirancang selama proses pembuatan serial tersebut, dan segenap kru merasa terkejut ketika isu homoseksualitas itu mengemuka.

Terlepas dari bantahan kedua pihak yang menelurkan serial populer tersebut, menarik juga menyimak apa yang dikatakan Tom Kenny, pengisi suara SpongeBob, saat diwawancara oleh pembawa acara talkshow Conan O’Brien. Dengan kalimat tersirat, dia menjawab pertanyaan tentang orientasi seksual SpongeBob, “Kami tidak pernah menampilkannya dalam tayangan,” katanya, namun sembari menambahkan, ”Semua karakter utama (dalam SpongeBob) menyembunyikan rahasia seram mereka masing-masing.”

Hmmm ..

****
 
© Copyright 2035 Inspirasi PR dan Marketing
Theme by Yusuf Fikri